kromatografi lapis tipis
|
||||||||||||||
Aplikasi penyerap
untuk KLT
|
||||||||||||||
|
.
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap) dan
sistem larutan pengembangan harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerja
sama untuk mencapai pemisahan. Selain itu, hal yang juga penting adalah memilih kondisi
kerja yang optimum yang meliputi sifat pengembangan, atmosfer bejana, dan
lain-lain. Untuk memperoleh hasil yang dapat dibandingkan pada KLT, beberapa
kondisi harus diperhatikan. Kondisi baku
ini meliputi ;
A. Fase diam (lapisan penjerap)
Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk KLT. Untuk analisis, tebalnya 0,1 – 0,3 mm, biasanya 0,2 mm. Sebelum digunakan, lapisan disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas dari uap laboratorium. Penjerap yang umum adalah silika gel, aluminium oksida, kiesel gel, selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa penjerap seperti aluminium oksida dan silika gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahannya.
B. Fase gerak (pelarut pengembang)
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase ini bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada daya kapiler. Yang digunakan hanyalah bertingkat mutu analitik dan, bila diperlukan. sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Pada KLT jerap, pelarut dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan efek elusinya. Efek elusi naik dengan kenaikan kepolaran pelarut. Misalnya, heksana nonpolar mempunyai efek elusi lemah, kloroform cukup kuat, dan ), memberiÎmetanol yang polar efek elusinya kuat. Tetapan dielektrik (angka TD, informasi mengenai kepolaran suatu senyawa. Laju rambat tergantung kepada viskositas pelarut dan tentu juga kepada struktur lapisan (misalnya butiran penjerap).
C. Bejana pemisah, penjenuhan, pengisian
Bejana harus dapat menampung pelat dan tertutup. Pengisian fase gerak harus sesuai dengan kedalaman lapisan yang terendam. Untuk kromatografi dalam bejana yang jenuh, secarik kertas saring bersih ditaruh pada dinding sebelah dalam bejana terbentuk U dan dibasahi dengan pelarut pengembang. Tingkat kejenuhan bejana dengan uap pelarut pengembang mempunyai pengaruh yang nyata pada pemisahan dan letak bercak pada kromatogram. Jika pelarut pengembang naik dalam lapisan, sebagian menguap di daerah garis depan pelarut pengembang itu. Jadi, untuk jarak pengembangan yang sama, laju aliran pelarut pengembang lebih cepat di dalam bejana tanpa kertas saring; demikian pula letak bercak lebih tinggi dibandingkan bercak yang berbentuk pada bejana yang dijenuhkan sempurna dengan uap pelarut pengembang.
D. Awal dan jumlah cuplikan
Bercak atau pita ditotolkan pada jarak 15 mm dari tepi bawah lapisan. Jarak suatu bercak awal, yang berukuran 3 – 5 mm, ke bercak awal lainnya dan jarak antara bercak paling pinggir dengan tepi samping sekurang-kurangnya 10 mm. Lapisan tidak boleh rusak selama penotolan cuplikan itu. Biasanya ditotolkan 1 – 10 µl larutan cuplikan 0,1 – 1%. Untuk menotolkan dapat digunakan alat mikropipet berujung runcing atau pipa kapiler.
E. Pengembangan
Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm. Di samping pengembangan sederhana, yaitu perambatan satu kali sepanjang 10 cm ke atas, pengembangan ganda dapat juga digunakan untuk memperbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat 10 cm ke atas berturut-turut pada pengembangan dua kali. Lapisan KLT harus dalam keadaan kering di antara kedua pengembangan tersebut ; ini dilakukan dengan membiarkan pelat di udara selama 5 – 10 menit.
F. Larutan pembanding
Di samping larutan cuplikan, selalu ada suatu campuran pembanding yang dikromatografi pada waktu yang bersamaan. Campuran ini senyawa yang diketahui dengan konsentrasi yang diketahui pula. Bila mungkin, senyawa pembanding sama dengan senyawa cuplikan atau berbeda akan tetapi punya daya rambat yang sama.
G. Larutan cuplikan
Membuat larutan cuplikan secepat-cepatnya dan sesederhana mungkin adalah penting. Waktu yang dipakai jangan sampai melebihi waktu kromatografi.
H. Deteksi senyawa yang diperoleh
Dapat dilakukan berbagai cara mendeteksi senyawa yang dipisah tergantung dari sifat fisiko-kimia dari senyawa tersebut. Misalnya, menggunakan lampu UV untuk eksitasi fluoresensi di mana senyawa tersebut menunjukkan penyerapan pada daerah UV; deteksi dengan pereaksi semprot di mana memberikan warna setelah disemprot; metode deteksi biologi di mana mendeteksi secara khas senyawa yang mempunyai aktivitas fisiologi tertentu, maka digunakan prosedur uji biologi.
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase ini bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada daya kapiler. Yang digunakan hanyalah bertingkat mutu analitik dan, bila diperlukan. sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Pada KLT jerap, pelarut dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan efek elusinya. Efek elusi naik dengan kenaikan kepolaran pelarut. Misalnya, heksana nonpolar mempunyai efek elusi lemah, kloroform cukup kuat, dan ), memberiÎmetanol yang polar efek elusinya kuat. Tetapan dielektrik (angka TD, informasi mengenai kepolaran suatu senyawa. Laju rambat tergantung kepada viskositas pelarut dan tentu juga kepada struktur lapisan (misalnya butiran penjerap).
C. Bejana pemisah, penjenuhan, pengisian
Bejana harus dapat menampung pelat dan tertutup. Pengisian fase gerak harus sesuai dengan kedalaman lapisan yang terendam. Untuk kromatografi dalam bejana yang jenuh, secarik kertas saring bersih ditaruh pada dinding sebelah dalam bejana terbentuk U dan dibasahi dengan pelarut pengembang. Tingkat kejenuhan bejana dengan uap pelarut pengembang mempunyai pengaruh yang nyata pada pemisahan dan letak bercak pada kromatogram. Jika pelarut pengembang naik dalam lapisan, sebagian menguap di daerah garis depan pelarut pengembang itu. Jadi, untuk jarak pengembangan yang sama, laju aliran pelarut pengembang lebih cepat di dalam bejana tanpa kertas saring; demikian pula letak bercak lebih tinggi dibandingkan bercak yang berbentuk pada bejana yang dijenuhkan sempurna dengan uap pelarut pengembang.
D. Awal dan jumlah cuplikan
Bercak atau pita ditotolkan pada jarak 15 mm dari tepi bawah lapisan. Jarak suatu bercak awal, yang berukuran 3 – 5 mm, ke bercak awal lainnya dan jarak antara bercak paling pinggir dengan tepi samping sekurang-kurangnya 10 mm. Lapisan tidak boleh rusak selama penotolan cuplikan itu. Biasanya ditotolkan 1 – 10 µl larutan cuplikan 0,1 – 1%. Untuk menotolkan dapat digunakan alat mikropipet berujung runcing atau pipa kapiler.
E. Pengembangan
Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm. Di samping pengembangan sederhana, yaitu perambatan satu kali sepanjang 10 cm ke atas, pengembangan ganda dapat juga digunakan untuk memperbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat 10 cm ke atas berturut-turut pada pengembangan dua kali. Lapisan KLT harus dalam keadaan kering di antara kedua pengembangan tersebut ; ini dilakukan dengan membiarkan pelat di udara selama 5 – 10 menit.
F. Larutan pembanding
Di samping larutan cuplikan, selalu ada suatu campuran pembanding yang dikromatografi pada waktu yang bersamaan. Campuran ini senyawa yang diketahui dengan konsentrasi yang diketahui pula. Bila mungkin, senyawa pembanding sama dengan senyawa cuplikan atau berbeda akan tetapi punya daya rambat yang sama.
G. Larutan cuplikan
Membuat larutan cuplikan secepat-cepatnya dan sesederhana mungkin adalah penting. Waktu yang dipakai jangan sampai melebihi waktu kromatografi.
H. Deteksi senyawa yang diperoleh
Dapat dilakukan berbagai cara mendeteksi senyawa yang dipisah tergantung dari sifat fisiko-kimia dari senyawa tersebut. Misalnya, menggunakan lampu UV untuk eksitasi fluoresensi di mana senyawa tersebut menunjukkan penyerapan pada daerah UV; deteksi dengan pereaksi semprot di mana memberikan warna setelah disemprot; metode deteksi biologi di mana mendeteksi secara khas senyawa yang mempunyai aktivitas fisiologi tertentu, maka digunakan prosedur uji biologi.
Sumber: Chem-is-try.org. situs.web kimia Indonesia.
Maret 2009
Hardjono, S. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty
Johnson, E.L. dan Stevenson,
R. (1978). Basic Liquid Chromatography.
LATIHAN
SOAL
1. Dalam suatu pemisahan dengan KLT nilai Rf untuk senyawa yang tidak
diketahui
adalah 0,809. Tinggi permukaan untuk senyawa A, B, dan C masing-masing
adalah 24, 28, dan 30 cm, sedangkan untuk pelarutnya 34 cm. Tentukan senyawa
yang tidak diketahui tersebut.
2. Jelaskan perbedaan antara kromatografi kertas dengan KLT.
3. Jelaskan bagaimanakah analisis kuantitatif dengan KLT?
4. Berikan alasan mengapa resolusi pemisahan dengan KLT jauh lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kromatografi kertas?
0 Response to "kromatografi lapis tipis"
Posting Komentar