Sejarah Perkembangan Logika
Filosof Yunani Kuno pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia
mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting bagi setiap
makhluk hidup adalah air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala yang
ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam
semesta) adalah api. Selain Heraclitos ada pula Parmenides. Ia merupakan ahli
filsuf yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada. Menurut
pendapat Permenides apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan.
Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau
Klasik, dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan
Aristoteles (384-322 SM). Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia
secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah
yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal
tersebut banyak nilai yang dihasilkan. Plato mencoba menyelesaikan permasalahan lama yakni mana yang benar yang berubah-ubah
(Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat
indera disebutnya sebagai pengetahuan indera dan pengetahuan yang diperoleh
lewat akal disebutnya sebagai pengetahuan akal.
Sebagai puncak pemikiran filsafatnya adalah pemikiran
tentang negara, yang tertera dalam polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai etika
sama seperti Socrates yakni tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik.
Aristoteles sebagai
murid Plato, dalam banyak hal sering tidak setuju dengan apa yang diperoleh
dari gurunya (Plato). Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia
“abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada
kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Karya-karya Aristoteles meliputi
logika, etika, politik, metafisika, psikologi, ilmu alam, Retorica dan poetika,
politik dan ekonomi. Pemikiran-pemikirannya yang sistematis tersebut banyak
menyumbang kepada perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada masa ini, pemikiran-pemikiran Aristoteles kembali
dikenal dalam karya beberapa filsuf Yahudi maupun Islam yaitu melalui Avicena
Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides
(1135-1204). Galilieo Galilei adalah seorang penemu terbesar di bidang ilmu
pengetahuan. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya.
Dengan telekospnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang
Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan
masing-masing berdiri sendiri. Karena pandangannya yang bertentangan dengan
tokoh Gereja akhirnya di hukum mati.
Fransiscan Roger
Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja
dan penguasa saat itu. Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami
penindasan dari penguasa. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio yakni kebenaran pasti berasal dari (akal). Berbeda
dengan aliran rasionalisme, aliran empirisme meyakini bahwa pengalamanlah
sumber pengetahuan. Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650 M). Kaum rasionalis ini percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada
dalam pikiran. Aliran
kritisisme dipelopori oleh Imanuel Kant (1724-1804). Imanuel Kant mencoba untuk
mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang betentangan tersebut.
Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh dan salah
separuh.
Filsuf-filsuf pada abad ke-18 disebut sebagai para empirikus, yang ajarannya lebih
menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman
indrawi manusia. Para empirikus besar Inggris antara lain J. Locke (1632-1704),
G. Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di Perancis JJ.Rousseau
(1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804). Immanuel Kant dalam bukunya memperkenalkan suatu konsepsi baru tentang
pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari kebenaran pengetahuan yang
dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme, yang salah apabila
masing-masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim pendapatnya dan menolak
pendapat yang lainnya. Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan
pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar:
rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah
yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan
belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan
aliran-aliran baru dalam filsafat antara laian: positivisme, marxisme,
eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi.
Pada periode ini juga muuncul aliran “Pragmatisme”.
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Maka pragmatisme adalah
suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang
benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Tokohnya William
James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang
pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi,
fisiologi dan filsafat.
0 Response to "Sejarah Perkembangan Logika"
Posting Komentar